Minggu, 14 Agustus 2011

Tips membuat film


Kursus Kamera Video #8 - Proses produksi, setting kamera, shooting tips, dan lighting
Kursus kamera multimedia kita sampai pada tahap akhir. Yaitu tentang proses produksi, kemudian setting kamera, tips-tips saat melakukan shooting, dan pencahayaan atau lighting. So, jangan lewatkan pembahasan kali ini. Mungkin bahasan kali ini akan sangat berguna bagi anda.
Persiapkan seluruh peralatan dan kru anda. Sehingga setiap kru anda tahu apa yang harus dilakukan. Masing-masing kru sudah harus tahu apa yang menjadi tugasnya. Sehingga setiap langkah dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Secara umum kru terdiri atas :

 

Aktor atau Presenter

Aktor atau presenter ini bisa anda ambil dari teman anda sendiri atau memang seorang artis profesional

Director

Director ini menghendle seluruh kegiatan yang ada dalam proses produksi mulai dari scripting, storyboard, kru sampai kasting.

Produser

Seorang produser bertugas pada bagian pendanaan proyek yang sedang dikerjakan. Dan tentu memastikan pada director bahwa yang dilakukan ada pada batas dana yang dimiliki. Dan sekaligus produser ini bertugas mencari sponsor-sponsor yang dapat memberikan dana untuk menutup biaya produksi.

Asisten Produksi / Production Assistant

Asisten produksi ini bertanggung jawab pada pencatatan setiap shooting yang dilakukan, kemudian mempersiapkan setiap interview yang akan dilakukan, memelihara setiap kertas kerja yang digunakan pada saat proses produksi, dan mengecek penjadwalan dan memilah-milah permasalahan yang dihadapi pada saat proses produksi pada skala prioritasnya.

Operator kamera / kameramen

Mereka adalah orang-orang yang bertugas untuk mengambil gambar sesuai dengan arahan sutradara, sehingga nanti akan dihasilkan gambar sesuai yang diinginkan. Kameramen ini juga sekaligus mengatur pencahayaan pada kamera.

Asisten Kamera

Kru pada bagian ini bertugas membantu kameramen seperti memegang mikrofon, mengecek record pada tape, dan memastikan hasil record setelah proses produksi baik, dan sekaligus memberi label pada setiap kaset yang dihasilkan.

Setting kamera

  1. Pasang kamera pada tripod
  2. Pasang baterai atau AC Adaptor jika menggunakan adaptor
  3. Hidupkan kamera
  4. Masukan kaset
  5. Buka penutup lensa pada kamera
  6. Pastikan bahwa kamera diset pada posisi kamera bukan pada posisi tape
  7. Posisikan pandangan shooting anda dengan baik
  8. Fokuskan kamera anda
  9. Atur white balance
  10. Saat semua sudah siap untuk proses perekaman, tekan tombol warna merah!

Shooting Tips

  1. Tempatkan kamera pada tripod yang kuat
  2. Matikan fungsi-fungsi auto untuk menghemat baterai
  3. Lakukan ZOOM IN pada obyek kemudian atur fokusnya agar gambar terlihat tajam
  4. Berikan jeda 2-5 detik sebelum adegan dimulai (Seperti dialog, moving dan lainnya)
  5. Begitu juga pada akhir dari suatu adegan, berikan jeda 2-5 detik
  6. Masalah pada umumnya ada pada permulaan dan akhir dari suatu adegan. Sehingga seorang kameramen perlu memberikan jeda 2-5 detik pada kamera. Ketika anda memasukkan kaset, maka kamera perlu waktu kurang lebih 2 detik untuk proses loading, sehingga lebih baik jika anda memberikan jeda 5 detik sebelum adegan sebenarnya dilakukan.
  7. Jeda waktu 5 detik pada akhir sebuah adegan ini sangatlah penting, karena itu memastikan bahwa tidak ada adegan sedikitpun yang terpotong, dan akan sangat memudahkan dalam proses editing. Dan perlu anda ketahui, setiap anda menekan tombol STOP recording, maka kaset anda akan melakukan rewind selama kurang lebih 1 detik. Itu dinamakan "backspacing". Hal itu dimaksudkan agar anda dapat memulai proses perekaman berikutnya dalam keadaan bersih. Itu kenapa berikan jeda selama 5 detik.
  8. Pada kebanyakan aktor atau pemeran adegan berpedoman pada lampu merah yang ada pada kamera sebagai tanda proses perekaman, sehingga ketika lampu tersebut mati, maka adegan akan dihentikan. Sehingga lebih baik lampu tersebut anda matikan atau anda tutupi, agar pemeran adegan lebih fokus pada adegan yang akan dilakukan.
  9. Pastikan bahwa anda sudah memiliki semua peralatan yang anda butuhkan (Mulai dari kabel, lampu, kaset, tripod dan sebagainya)
  10. Uji semua peralatan sebelum waktunya ditetapkan untuk proses shooting. Ganti baterai yang mati sebelum anda berangkat, daripada anda membatalkan shooting ketika sudah berada dilokasi shooting.

Lighting

Jaga agar sumber cahaya utama kembali pada kamera. Orientasi ini mencegah agar tidak terjadi overexposure karena adanya backlighting.

sumber : http://www.kalasanmultimedia.com/read/5/5/65/Kursus-Kamera-Video--8---Proses-produksi--setting-kamera--shooting-tips--dan-lighting

10 Tips menjadi Sutradara Ternama


Untk calon Sutradara terkemuka nih ada 10 tips sederhana tapi paten:
  1. Sebagai sutradara, Anda harus memastikan lokasi yang sudah ditentukandapat digunakan sesuai konsep visual, yang Anda inginkan, jangan malas survey lokasi
  2.  Jangan ragu untuk meminta DOP atau tim lighting untuk bekerja lebih teliti
  3. Buat perjanjian tertulis yang memiliki kekuatan hukum dengan pihak ketiga yang tempatnya akan dipakai untuk film Anda, agar Anda tidak bisa diberhentikan secara sepihak pada saat syuting berlangsung
  4. Selalu cek & ricek kembali elemen artistik. Pastikan apa yang Anda inginkan sudah sesuai dan dikerjakan dengan benar. Selalu berikan supervisi
  5. Jangan pernah underestimate syuting di jalan raya. Semua bisa tak terkendali jika kordinasi dengan pihak terkait buruk. Selain itu, jangan coba2 syuting outdoor malam hari dilaksanakan siang hari. dengan harapan dapat dilakukan color correction di post pro.
  6. Berkelahi memang insting paling purba manusia. Tapi untuk keperluan syuting, carilah koreografer laga yang memang profesional, kalo perlu sewa langsung dari Hong Kong
  7. Perhatikan dengan teliti background dari adegan yang terjadi dari mobil yang berjalan. Jika latar belakang perumahan, maka reverse angle-nya juga harus perumahan.
  8. Jangan anggap enteng script continuity. Percayakan pada orang yang attention of detail-nya tinggi.
  9. Jika film anda akan di blow-up ke format 35 mm atau diproyeksikan ke layar lebar, hati2 pada adegan yang dept of field-nya sangat dekat. Lebih baih hidari flter soft. Perhatikan dengan teliti di monitor Anda
  10. Bijaksanalah dalam menentukan waktu syuting. Gunakan formula 1 hari tidak lebih dari 5 – 6 halaman skenario dan sebaiknya 4 set up atau shot tiap scenenya.
Nah itu dia tadi tips dari Mas Indar, mungkin ada yang nyerempet2 juga ke jobdesk produser, tapi tak apalah. Oh ya tips ini bukan hasil sharing langsung alias tatap muka tapi diambil dari buku “Kupas tuntas proses pembuatan film “Andai Ia tahu”. Semoga berguna ...

sumber : http://ccfikomunpad.blogspot.com

Pengertian Editing

Kata editing dalam bahasa Indonesia adalah serapan dari Ingris. Editing berasal dari bahasa Latin editus yang artinya ‘menyajikan kembali’. Editing dalam bahasa Indonesia bersinonim dengan kata editing. Dalam bidang audio-visual, termasuk film, editing adalah usaha merapikan dan membuat sebuah tayangan film menjadi lebih berguna dan enak ditonton. Tentunya editing film ini dapat dilakukan jika bahan dasarnya berupa shot (stock shot) dan unsur pendukung seperti voice, sound effect, dan musik sudah mencukupi. Selain itu, dalam

kegiatan editing seorang editor harus betul-betul mampu merekontruksi (menata ulang) potongan-potongan gambar yang diambil oleh juru kamera. Leo Nardi berpendapat editing film adalah merencanakan dan memilih serta menyusun kembali potongan gambar yang diambil oleh juru kamera untuk disiarkan kepada masyarakat. (Nardi, 1977: 47).


Pertunjukan film di bioskop ataupun televisi di rumah-rumah apabila belum melalui proses editing bisa dipastikan hasilnya tidak maksimal, penonton cenderung merasa bosan dan jenuh. Padahal, tayangan film ataupun video begitu ekonomis. Artinya, penayangannya sangat bergantung pada aspek waktu. Waktu begitu mahal dan menentukan dalam proses penayangan film. Jika sebuah tayangan berdurasi 60 menit, itu artinya selama waktu itu pencipta film harus menjamin tidak membuat penonton bosan apalagi meninggalkan bioskop, atau kalau di televisi memindahkan saluran. Begitu berartinya sebuah hasil editing sampai ada pengamat film yang menyatakan bahwa ruh tayangan film adalah proses editing.

Selain itu, J.M. Peters menyatakan bahwa yang dimaksud dengan editing film adalah mengkombinasikan atau memisah-misahkan rangkaian film sehingga tercapai sintesis atau analisis dari bahan yang diambil (Peters, 1980: 9). Di sini, Peters mengungkapkan, dengan editing, film sintesis atau sutradara televisi dapat menghidupkan cerita, menjernihkan suatu keterangan, menyatakan ide-ide atau menimbulkan rasa haru pada penonton. Nyata sekali Peters menekankan pada aspek ‘pemberian’ suasana dan nuansa sebuah film setelah melalui proses editing. Pada saat editing berlangsung, tentunya tugas editor tidak hanya menyambung-nyambung belaka. Karena selain unsur visualisasi, unsur pikturisasi (penceritaan lewat rangkaian gambar) juga penting. Unsur inilah yang membedakan kegiatan sambung menyambung dengan editing. Selain itu, keindahan sebuah film tidak melulu disampaikan lewat rangkaian gambar, tetapi juga tingkahan musik dan sound effect yang menjadikan sebuah film bernuansa. Di zaman film bisu, rangkaian gambar diupayakan semaksimal mungkin membangun cerita film, tetapi setelah era film bersuara, kolaborasi antara film dan musik begitu menyatu.

Sementara itu, D.W. Griffith berpendapat bahwa editing film merupakan suatu hal yang terpenting dalam film karena editing film itu merupakan suatu seni yang tinggi. Seni sendiri merupakan pondasi dari film. Menyunting film adalah menyusun gambar-gambar film untuk menimbulkan tekanan dramatik dari cerita film itu sendiri. Sutradara dan editor harus pandai dalam selection of shot, selection of action ( scene demi scene yang harus dirangkaikan) (Griffith, 1972: 20-25).

Dari penjelasan Griffith tersebut, terkandung pengertian bahwa di samping pentingnya penyusunan film, perlu adanya penyisipan-penyisipan potongan film untuk membuat film itu bercerita. Ini penting sekali diungkapkan dalam pembuatan film pada televisi karena televisi sangat singkat, tetapi bagaimana caranya supaya masyarakat tertarik untuk menyaksikan secara keseluruhan.

Adapun Pudovkin mengatakan perlu adanya constructive editing, yakni pelaksanaan editing film yang sudah dimulai dari penulisan dan membuat shot-shot sebagai materi editing film. Dalam hal editing ini, Pudovkin mempunyai sebuah prinsip, yaitu peristiwaperistiwa yang akan direkam dalam gambar tidak terlepas dari tiga faktor: watak manusia, ruang dan waktu. Di samping tidak terlepas dari ‘lirik editing’, yakni bagaimana caranya mengeksploitasi sesuatu yang tidak tampak seperti kegembiraan, kesenangan, kesedihan, dan lain-lain (Pudovkin, 1972: 26).

Namun pendapat dari kedua pakar film tersebut ditentang oleh Elsenstein, seorang arsitek yang lari ke dunia film. Dia mengecam Griffith dan Pudovkin dengan alas an keduanya hanya menyambung gambar dengan mengharapkan penonton ikut tertawa atau menangis. Menurut dia, dalam proses editing film harus dilakukan dengan cara menyambung dua buah shot atau adegan yang dapat menimbulkan pengertian baru melalui cara pemikiran dan selalu menimbulkan istilah pemikiran yang baru. Untuk itu, dia menghadapkan pada kiasan melalui lambang-lambang sehingga penonton turut berpikir secara intelektual terhadap adegan yang dilihatnya (1972: 33).

Terlepas dari beberapa pendapat tentang editing film tersebut, yang jelas proses editing memang menduduki posisi penting dalam menghasilkan karya film yang menarik dan tidak membosankan. Oleh karena itu, tugas seorang editor begitu berat dan mengandung resiko sebab bisa jadi stock shot yang sebetulnya sudah bagus malah tidak bisa ‘bercerita’ karena kegagalan sang editor.

http://film-maker81.blogspot.com/2008/09/kata-editing-dalam-bahasa-indonesia.html

Film - Maker 81: Langkah Membuat Skenario

Film - Maker 81: Langkah Membuat Skenario

12 Tips membuat filem pendek


Berikut ini adalah beberapa hal penting yang harus kita perhatikan dalam membuat film pendek. Dengan mengikuti langkah-langkah yang akan diuraikan ini, maka kita dapat mengurangi beberapa hal yang tidak seharusnya kita lakukan. Meskipun begitu, ini merupakan saran-saran saja, dan dapat dikembangkan berdasarkan keahlian dan pengalaman. Take a look..

1. Niat yang kuat

inilah langkah pertama yang biasa di lupakan oleh para pembuat film sebelum memulai langkah lainnya, kuatkan niat ujian seberat apapun hadapi !

2. Apakah film Anda layak ditonton

Sebelum semuanya dimulai, maka selayaknya kita bertanya: apakah semua orang pasti menonton film yang akan kita buat ?. Jawabnya, No!. Artinya tidak semua orang ‘pasti’ akan menonton film kita. Sebelum menulis skenarionya, mari tanyakan kepada diri sendiri terlebih dahulu; mengapa orang harus menonton film yang akan kita buat.

3. Jangan mulai produksi tanpa adanya budget

Film, meskipun sederhana sangat membutuhkan biaya!. Besar biaya memang tidak terbatas, bisa besar bisa kecil. Dengan membuat prakiraan biaya (budget), maka kita akan lebih tahu apa yang harus kita lakukan dengan uang yang dimiliki. Produksi tanpa budget menyebabkan rencana-rencana tidak bisa diprediksi. Apalagi jika uang yang tersedia tidak mencukupi, bisa-bisa film yang sedang dikerjakan tidak selesai-selesai.

4. Minta persetujuan pihak-pihak yang terlibat

Sebelum shooting dilakukan, ada baiknya meminta persetujuan tertulis dari pihak-pihak yang terlibat didalam film, seperti aktor/aktris, music director, artwork, sponsor, atau siapa saja yang ingin berkontribusi. Bereskan dulu semua ini!. Karena kalau memintanya saat shooting dimulai, maka ‘kemangkiran-kemangkiran’ dari pihak-pihak tersebut akan terasa sulit dimintakan pertanggung jawabannya. Maka, do it Now!.

5. Buatlah film pendek memang pendek!

Penulis naskah dan/atau sutradara harus bisa memenuhi standar yang menyatakan bahwa sebuah film adalah film pendek. Bertele-tele dalam penyajiannya akan membuat penonton bosan. Jika itu film pendek..maka harus pendek. Meskipun sulit, tapi memang harus begitu. Standar film pendek adalah maksimal berdurasi 30 menit!.



6. Jika memakai aktor yang tidak professional, maka lakukan casting

Tidak lepas kemungkinan film pendek dibintangi oleh aktor/aktris yang tidak professional (amatir). Ini sih wajar-wajar saja. Apalagi mereka (mungkin) tidak dibayar. Tapi untuk memilih karakter-karakter pemain yang sesuai, wajib melakukan pemilihan peran (casting). Jangan memilih orang sembarangan apalagi casting baru akan lakukan beberapa saat menjelang shooting. Berbahaya!.

7. Tata suara sebaik-baiknya

Tata suara yang buruk pada kebanyakan film pendek (meskipun memiliki konsep cerita menarik) menyebabkan tidak nyaman ditonton. Gunakan perangkat pendukung tata suara seperti boom mike untuk mendapatkan hasil yang baik. Kalau gak punya, beli atau pinjam aja…

8. Yakin OK saat shooting, jangan mengandalkan post-production
Saat ini semua film kebanyakan dikerjakan dengan kamera digital. Maka tidak sulit untuk memeriksa apakah semua hasil shooting sudah memenuhi sarat atau belum dengan melakukan playback. Periksa semua! frame dialog, tata suara, pencahayaan atau apa saja. Apakah sudah sesuai dengan kualitas yang diinginkan ?. Sangat penting; periksa setelah shooting, bukan pada saat paska produksi.

9. Hindari pemakaian zoom saat shooting

Kameraman yang baik adalah yang bisa mengurangi zooming. Kecuali bisa dilakukan dengan sebaik mungkin. Mendapatkan gambar lebih dekat ke objek sangat baik menggunakan dolly, camera glider, atau lakukan cut and shoot!.

10. Hindari pemakaian efek yang tidak perlu

Sebuah film pendek banyak mengandalkan efek-efek seperti; memulai film dengan alarm hitungan mundur (ringing alarm clock), transisi yang berlebihan seperti dissolves/wipe, dan credit titles yang panjang. Pikirkan dengan baik, apakah hal-hal ini perlu ditampilkan atau tidak. Pilihan yang sangat bijak jika semua itu tidak terlalu berlebihan.

11. Hindari shooting malam di luar ruang

Suasana gelap adalah musuh utama kamera (camcorder). Pengambilan gambar diluar ruang pada malam hari sangat membutuhkan cahaya. Apabila tidak menggunakan lighting yang cukup maka hasilnya akan jelek sekali. Meskipun dapat melakukan color correction pada saat editing, tapi sudah pasti dapat menyebabkan noise dan kualitas gambar menjadi drop. Paling baik adalah merubah skenario menjadi suasana siang hari. Tidak akan mengganggu cerita toh?.

12. Berdoa setiap saat
kita adalah umat beragama yang memiliki Tuhan yang wajib disembah. memohon kuasanya adalah sesuatu yang harus kita lakukan !

(berbagai sumber, +Film-Maker)

http://film-maker81.blogspot.com/2008/09/10-tips-dalam-membuat-film-pendek.html

"Membuat Skenario Film Indie"

Menulis skenario film independen tidak serumit film panjang. Pasalnya, selain durasinya yang pendek (sekitar 5-30 menit), juga tidak menganut struktur yang rumit seperti struktur tiga babak yang sudah lazim digunakan kalangan Hollywood. Jika dalam struktur ini selalu menampilkan tiga pembabakan : pengenalan tokoh-tokoh, munculnya konflik, dan penyelesaian masalah. Jadi, film independen tidak perlu mengikuti pola ini.

Menurut Gotot Prakosa, sineas IKJ yang juga juri internasional film pendek, setidaknya ada tiga gaya skenario film independen yang betul-betul sangat berbeda dengan film mainstream. Ketiganya adalah gaya surprise, circles, dan linier. Gaya surprise bisa anda coba dengan membuat sebuah skenario film independen. Misalnya, film yang mengetengahkan seseorang yang berlari kencang menuju hutan. Sesampai di hutan, dia lantas minum air di kendi yang sudah disediakan di hutan (film peserta Pasar Seni ITB 2000).

Gaya circles mempunyai makna berputar-putar. Bisa jadi tampilan scene per scenenya bolak-balik. Adapun gaya linier yang temanya sangat biasa dan datar, seolah-olah tidak ingin melibatkan psikis penontonnya dan membiarkan alur film mengalir lurus ibarat air mengalir di sungai.



Apa yang dikemukakan Gotot merupakan standar film pendek atau independen. Tidak rumitnya skenario film inidie ini terutama guna mendorong kalangan muda untuk berkreasi tanpa dibebani ‘kekeramatan’ sebuah skenario film. Pegiat film indie lebih universal sehingga mau tidak mau teknis penulisan skenario pun tidak harus ‘akademis’ atau berdasarkan aliran-aliran pembuatan film panjang. Dalam hal ini, para pegiat film independen diberi kesempatan seluas-luasnya menuangkan ide dan gagasan ke dalam bentuk film. Bisa jadi film yang dibuatnya tanpa konflik, tanpa ada ujung pangkal, dan tanpa penyelesaian. Bebas, sebebas-bebasnya.

Bagaimana dengan teknik penulisannya? Dalam hal ini, anda tidak perlu harus belajar dahulu secara lama. Yang penting langkah-langkahnya meliputi: penemuan ide cerita, kemudian disusunlah sinopsis (ringkasan) ceritanya. Dari sini, lantas buatlah breakdown master a t a u shooting script. Tidak sulit kan? Pokoknya setelah anda menemukan ide cerita, cepat-cepatlah disusun dalam bentuk cerita. Dari cerita yang sudah terbentuk inilah anda tinggal menjabarkan dalam bentuk uraian pengambilan gambar secara sederhana. Akan tetapi, tentu saja kaidah-kaidah filmis harus tetap ada, misalnya, soal teknis pengambilan gambar, penyutradaraan, dan juga editingnya. Kita bisa melihat gaya Gola Gong dalam membuat skenario-seperti di dalam bukunya—Menulis Skenario Itu (Lebih) Gampang. Namun yang ditunjukkan Gola Gong untuk konsumsi film panjang (industri) sehingga menulis skenario itu gampang, tetapi masih membelenggu jika anda membuat skenario film independen.

Jadi, jika anda ingin membuat film, segeralah buat. Skenario tidak perlu dipusingkan. Hal yang penting asal ada ide cerita maka lahirlah cerita. Jika sudah ada cerita, pasti akan jadi film. Itu pun tentunya kalau sudah melakukan kegiatan shooting dan editing sebab dua hal inilah yang menjadi jantungnya sebuah karya film. Nah, mengapa anda tidak mulai saja membuat film independen, gampang kan?.

Anda bisa mencobanya seperti berikut ini
Pertama, mencari ide cerita dari mana saja. Misalnya ide cerita tentang ‘joki’, yakni seseorang yang berusaha mengganti posisi orang lain dalam tes penerimaan mahasiswa baru di sebuah perguruan tinggi negeri. Ada seseorang yang tampaknya mampu menjadi joki dan meluluskan seseorang untuk bisa lolos masuk perguruan tinggi tersebut. Akan tetapi, ternyata sang joki ini mempunyai adik yang sama-sama ingin masuk ke PT tersebut dengan program studi yang sama juga. Akhirnya sang joki pikir-pikir panjang, mau menerima menjadi joki dengan imbalan besar atau mengundurkan diri karena kalau dia jadi joki, sama artinya dengan menjadi pesaing bagi adiknya yang ingin berkuliah.

Kedua, dari ide cerita ini selanjutnya anda harus membuat sinopsisnya, yaitu ringkasan cerita secara singkat dengan menampilkan inti dari cerita tadi.

Ketiga, anda selanjutnya menciptakan penokohan untuk cerita tersebut. Misalnya, Andi yang akan menjadi joki, orangnya mudah terpengaruh dan selalu bimbang. Kemudian Anto, yang menyuruh Andi menjadi joki, mempunyai tipikal culas, sombong, dan semuanya bisa diatur dengan uang. Selain penokohan, anda juga mencari lokasi shooting kelak dan propertinya (bisa meliputi pakaian, benda-benda yang digunakan tokoh, rumah dengan perlengkapan, dan lainnya).

Keempat, kemudian anda tinggal menentukan casting (pemeran) tokoh-tokoh tersebut. Karena umumnya film independen kurang bermodal, pilihlah orang-orang yang betul-betul mempunyai idealisme tinggi. Artinya tanpa dibayar ‘mahal’ pun tetap mau mendukung film anda. Kalau anda mahasiswa atau pelajar, teman-teman bisa diajak untuk casting. Menentukan casting ini juga jangan terlalu ketat, tetapi juga jangan terlalu longgar karena akan menyulitkan proses produksinya. Namun, tetap anda harus mempertimbangkan kemampuan acting calon pemerannya. Jadi, jangan mentang-mentang film independen, lantas seenaknya tanpa casting yang baik dan benar.

Kelima, setelah semuanya oke, anda tinggal memperjelas sinopsis tadi dalam bentuk skenario prematur. Dalam pembuatan skenario ini, anda tidak perlu menggunakan istilah teknis kamera. Jika anda akan menyutradarai film ini sendiri, anda sudah punya cukup gambaran bagaimana nantinya cerita ini terwujud dalam film. Sedikit rincian teknik pengambilan gambar, ukuran gambar ataupun sudut pengambilan, akan membantu kerja anda di lapangan. Namun jika skenario ini akan diserahkan kepada orang lain untuk menyutradarainya, anda tidak perlu detail membuat shooting script-nya, sebab sutradara biasanya mempunyai selera sendiri secara individual. Mungkin istilah teknisnya akan dia rancang sendiri. Yang penting ceritanya tidak menyimpang dari yang sudah anda tentukan, yakni tentang kebimbangan seorang joki.

Terakhir, anda melakukan preparation (persiapan) terhadap semua komponen pembuatan film, yakni dari skenario, pemeran, lokasi, peralatan shooting, dan lainnya yang mendukung proses produksi film tersebut. Jangan sampai terlupa soal perizinan jika ingin menggunakan suatu tempat tertentu.


sumber  http://film-maker81.blogspot.com/2008/09/membuat-skenario-film-indie.html?showComment=1313344336576#c8076833173855098722

Membuat Skenario Sederhana

Nyiapin dari awal adalah hal yang sangat sulit dilakukan, apalagi hal tersebut adalah pekerjaan baru, yang kemarin-kemarin belom pernah dilakuin. Tapi berbekal optimis yang sangat menggebu dalam dada aku memberanikin diri mencari semua hal yang nantinya akan sangat berguna untuk Ananta Production (semoga.... !!! )

1. IDE CERITA

Film itu sebuah cerita bergambar dan bersuara. Karena sebuah cerita, jadi kamu harus punya cerita yang dianggap menarik untuk difilmkan. Dari mana datangnya ide? Ide banyak. Ada di mana-mana. Tinggal kamu buka lebar-lebar semua indera kamu. Kamu bakal mendengar, merasa, melihat, mengecap, dan mencium ide.

2. SIAPKAN SINOPSISNYA

Sekalipun film dan cerpen atau novel sama-sama sebuah cerita, tetapi ada perbedaan. Perbedaannya pada medium yang digunakan. Seperti disebutkan pada nomor satu, film menggunakan medium gambar dan suara. Sedangkan cerpen dan novel menggunakan medium teks.

Sementara sinopsis sendiri memiliki arti penting dalam pembuatan skenario, yaitu sebagai pijakan. Kita akan kesusahan bikin skenario bila kita tidak tahu sinopsis ceritanya. Akan sama sulitnya kita akan bikin sinopsis bila tidak punya ide cerita.

Bila yang kamu bikin bukan film lepas (FTV/layar lebar), melainkan sinetron, maka selain menyiapkan sinopsis global, kamu juga harus menyiapkan sinopsis per episode yang tentu saja lebih detail dibanding dengan sinopsis global.

3. BIKIN LOGLINE/PREMIS

Logline atau premis bertujuan untuk memperjelas film apa yang kamu buat. Logline sejenis iklan. Logline yang bagus akan menarik orang untuk menonton film yang kita buat. Agar mudah membuat logline, Richard Krevolin memberikan pola kalimat sebagai berikut: bagaimana jika…… dan kemudian……. Contoh: bagaimana jika orang yang kamu siksa adalah orang yang akan menolong kamu dan kamu tidak tahu. Kalimatnya dibikin sederhana menjadi: yang kamu siksa adalah penolongmu yang tidak kamu ketahui.

Untuk lebih jelas tentang logline, kamu bisa melihat cover-cover film. Di sana ada kalimat-kalimat yang menarik. Itulah logline atau premis.

4. TREATMEN

Treatmen ini pembabakan. Sebuah film umumnya tiga babak. Sinopsis itu harus dipecah ke dalam tiga babak ini. Babak pertama sebagai pengenalan seting, tokoh, dan awal masalahnya. Babak kedua sebagai bagian berkecamuknya masalah. Babak ketiga sebagai penyelesaiannya.

Yang tiga babak ini disebut dengan struktur tiga babak (tree acts structure). Ada juga yang disebut struktur sembilan babak (nine acts structure), sebagai pengembangan dari yang tiga babak. Yang sembilan babak ini terdiri dari:

· Babak 1: kejadian buruk menimpa orang lain.

· babak 2: pengenalan tokoh utama (protagonis).

· Babak 3: kejadian buruk menimpa protagonis, atau terlibat/dilibatkan kepada masalah orang lain pada babak 1.

· Babak 4: protagonis dan antagonis

· Babab 5: protagonis berusaha keluar dari masalah

· Babak 6: protagonis salah mengambil jalan

· Babak 7: protagonis mendapat pertolongan

· Babak 8: protagonis berusaha keluar dari masalah lagi

· Babak 9: protagonis dan antagonis berperang, menyelesaikan masalahnya

5. OUTLINE SCENE/SCENE PLOT

Sekarang saatnya membuat outline scene/scene plot. Outline scene/scene plot adalah rencana peristiwa-peristiwa yang akan diambil (disyut). Pembuatan outline scene/scene plot akan mempermudah pembuatan skenario.

Contoh:

1. Lisa pamit kepada orangtuanya untuk pergi ke Jakarta.

2. Arman, pacar Lisa, sedang menyiapkan rencana menculik Lisa.

3. Dst

6. BIKIN SKENARIO!

Ini contoh skenario:

SANG PRABU

Datang Untuk Kembali

Cerita : Yul Andryono

Skenario : Gola Gong

Fade In

Act 1

01. EXT. TAMAN SARI-PAGI (HARI 1)

Pemain: Kepengen, Putri Malaka, Roh Deni

Kepengen memergoki PUTRI MALAKA sedang bersedih hati. Kepengen menanyakan kesedihannya. Putri malaka bermuram durja.

Tanpa mereka sadari, roh deni hadir di sini. Mendengarkan percakapan mereka.

KEPENGAN:

Haiya, kenapa putli owe yang cantik ini belmulam dulja?

ROH DENI:

Haiya, putli sedang sedih. Kasihan… ini salahku juga!

PUTRI MALAKA:

Bagaimana Ay tidak sedih? Sekarang Ay tak punya datang! Gusti Prabu belum nyariin Ay punya dayang! Padahal gengsi seorang putri itu ada pada seorang dayang!

Dialog dan seterusnya….

CUT TO

02. INT. PENDOPO ISTANA – SIANG (HARI 2)

Pemain: Prabu, Putri Malaka, Woro Denok, Putra Mahkota, Selir, Permaesuri, Mahapatih, Para Punggawa, Dayang

Prabu duduk di singgasananya. Permaisuri di sebelahnya. Woro Denok dengan genit duduk sambil memegang Putri Mahkota.

PRABU:

Siang ini sengaja kukumpulkan. Pertemuan ini atas permintaan Putri Bunga Seroja dari Kerjaan Malaka…

Dst

CUT TO

03…………….

04………………….

FADE OUT

Keterangan:

Fade In : Cerita dimulai

Act 1 : Babak 1

01 : Scene 1 (secene [pemandangan]= potongan peristiwa)

EXT : Exterior (peristiwa terjadi di luar), INT=interior

Taman Sari : Lokasi peristiwa

Pagi : Waktu kejadian

Hari 1 : Hari kejadian (untuk membedakan kostum dll)

Pemain: ….. : Pemain yang main pada film

Kepengen…. : Deskripsi peristiwa

Kepengen: Haiya : Dialog

CUT TO : Pemisah antar scene.

Fade Out : Tanda cerita sudah usai

Selain Cut To masih ada turunannya spt: intercut to, disslove to, paralel cut to, dll

PERTANYAAN PENTING

Ada 7 pertanyaan penting yang harus dijawab penulis skenario agar skenarionya bagus. Tujuh pertanyaan itu ialah:

1. Siapa tokoh utamanya?

2. Apa yang diinginkan oleh tokoh utama?

3. Siapa antaginisnya? Apa hal yang menghalangi tercapainya keinginan protagonis?

4. Bagaimana protagonis bisa mencapai keinginannya?

5. Apa pesan yang ingin kamu sampaikan dalam cerita itu?

6. Bagaimana kamu nyeritain cerita itu?

7. Bagaimana perubahan nasib tokoh-tokohnya?

Itulah “prosedur” penulisan skenario film. Lebih jelasnya kamu bisa baca pada buku-buku panduan menulis skenario.

sumber:
http://bayumobile.wordpress.com/2008/01/18/langkah-membuat-skenario-film/